Bank Dunia Peringatkan Ekonomi Negara Berkembang Hadapi Risiko Besar
Pendahuluan
Bank Dunia menggarisbawahi,
pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,3 persen tahun ini bisa tercapai kalau
pemerintah bisa menjalankan delapan paket kebijakan ekonomi yang telah dirilis
sejak September 2015.
Kondisi perekonomian dunia pada tahun ini
diperkirakan masih rentan dan penuh risiko. Bank Dunia meramal pertumbuhan
ekonomi global tahun ini hanya 2,9 persen, atau lebih baik dari pencapaian 2015
sebesar 2,4 persen. Namun, angka itu lebih rendah dari proyeksi Bank Dunia
sebelumnya pada medio 2015 lalu yang sebesar 3,3 persen. Hal itu karena dampak
perlambatan ekonomi negara berkembang, termasuk Indonesia, yang menghadapi
risiko lebih besar tahun ini.
Permasalahan
Dalam laporan terbarunya bertajuk “Global
Economic Prospects” edisi Januari 2016, yang dirilis Rabu (6/1), Bank
Dunia menjelaskan pertumbuhan ekonomi dunia yang lebih kuat tahun ini akan
tergantung beberapa faktor. Antara lain momentum pemulihan ekonomi di
negara-negara maju, stabilisasi harga komoditas dan transisi bertahap
perekonomian Cina dengan model pertumbuhan yang lebih bertumpu pada konsumsi
dan sektor jasa.
Di sisi lain, laju perekonomian negara berkembang,
yang sebelumnya berperan besar bagi pertumbuhan dunia, diperkirakan masih terus
melambat. Bank Dunia meramal pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang tahun
2016 sebesar 4,8 persen. Angkanya lebih baik dari pencapaian 2015 yang sebesar
4,3 persen, namun lebih rendah dari proyeksi yang dibuat Bank Dunia pada Juni
2015 lalu sebesar 5,4 persen.
Permasalahan
Secara lebih spesifik, pertumbuhan ekonomi
negara-negara berkembang di kawasan Asia Timur dan Pasifik, termasuk Indonesia,
tahun ini sebesar 6,3 persen, lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya 6,7
persen. Sebagai gambaran, ekonomi Cina tahun ini diperkirakan melambat menjadi
6,7 persen, sementara Rusia dan Brasil tetap terbelit resesi. “Ada perbedaan
besar antara performa negara-negara berkembang. Dibandingkan enam bulan lalu,
kini lebih banyak risiko,” kata Wakil Presiden dan Ekonom Utama Bank Dunia Kaushik
Basu, dalam siaran pers Bank Dunia, Kamis (7/1).
Meski kemungkinannya kecil, negara-negara
berkembang besar, seperti Cina, berpotensi mengalami pelemahan ekonomi yang
lebih cepat sehingga memperburuk kondisi global. Dibandingkan 2015,
perekonomian dunia tahun ini menghadapi risiko yang lebih banyak.
Selain terus berlanjutnya penurunan harga komoditas
dan harga minyak, dunia juga menghadapi tekanan finansial gara-gara kebijakan
bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve) menaikkan suku bunga secara
bertahap tahun ini. Ditambah lagi oleh peningkatan risiko geopolitik seiring
pertikaian di sejumlah kawasan. “Jangan lupa, tetap ada risiko guncangan
finansial di era baru ketika biaya meminjam (dana) jadi lebih mahal,” imbuh
Direktur Bank Dunia bagian Prospek Ekonomi Ayhan Kose.
Di sisi lain, melambatnya ekonomi Cina tahun ini
bisa memicu beberapa dampak. Yaitu pasar finansial secara mendadak bakal
bergejolak dan likuiditas makin ketat. Sebab, Cina saat ini sudah menjelma
menjadi salah satu negara ekonomi terbesar di dunia.
Bank Dunia menganalisa, sebuah perlambatan yang
berlarut-larut di pasar negara berkembang yang besar bisa mempengaruhi dan
memukul negara-negara berkembang lainnya. Apalagi, Cina termasuk konsumen
terbesar komoditas di dunia, yang harganya terus melorot saat ini. Misalnya,
beberapa negara pengekspor komoditas, seperti Indonesia dan Malaysia, akan
mengalami pertumbuhan yang lemah.
Khusus untuk Indonesia, Bank Dunia menilai
pertumbuhan ekonomi sekitar 4,7 persen pada tahun lalu merupakan titik dasar
sehingga akan berbalik naik menjadi rata-rata 5,8 persen pada tahun 2016-2018.
Tahun ini, Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 5,3 persen atau
lebih rendah dari taksiran awlanya sebesar 5,5 persen.
Prediksi tersebut lebih tinggi dibandingkan
taksiran Dana Moneter Internasional (IMF), yang meramal ekonomi Indonesia tahun
ini cuma tumbuh 5 persen. Sedangkan pemerintah mematok target pertumbuhan
ekonomi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016 sebesar 5,3
persen. Adapun Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi 2016 berkisar 5,2
hingga 5,6 persen.
Penutup
Namun, Bank Dunia menggarisbawahi, pertumbuhan
ekonomi Indonesia 5,3 persen tahun ini bisa tercapai kalau pemerintah bisa
menjalankan delapan paket kebijakan ekonomi yang telah dirilis sejak September
tahun lalu. Paket itu diharapkan bisa memacu investasi dan mengerek
produktivitas ekonomi.
Sedangkan secara umum, Kaushik Basu mengatakan,
risiko perlambatan ekonomi dan gejolak pasar finansial bisa diatasi lewat kombinasi
kebijakan fiskal oleh pemerintah dan kebijakan moneter oleh bank sentral. “Itu
bisa mencegah risiko dan mendukung pertumbuhan ekonomi.”
DAFTAR PUSTAKA
Yura syahrul, kamis 7 januari 2016, www.katadata.co.id, http://katadata.co.id/berita/2016/01/07/bank-dunia-peringatkan-ekonomi-negara-berkembang-hadapi-risiko-besar,
Angga Yudha Pratomo, rabu 20 mei 2015,www.merdeka.com, http://www.merdeka.com/uang/prediksi-ekonomi-2016-bi-lebih-pesimis-dibanding-pemerintah.html
Kunthi Fahmar Sandy,
sabtu 9 januari 2016, www.sindonews.com, http://ekbis.sindonews.com/read/1075628/33/pertumbuhan-ekonomi-2016-diprediksi-capai-5-1452320388
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.