.

Selasa, 21 Maret 2017

Rantai Distribusi Panjang Cabai Merah



@B14-Dimas

Oleh ; Dimas Abimanyu

Abstrak

Cabai (capsicum annuum l) merupakan komoditas sayuran yang cukup strategis, baik cabai merah maupun cabai rawit.
Pada musim tertentu kenaikan signifikan harga cabai yang terjadi menjadi salah satu faktor  penyebab inflasi, kenaikan harga cabai dikarenakan jumlah persediaan cabai di masyarakat tidak sebanding dengan jumlah permintaan yang ada , hal ini disebabkan oleh 2 faktor penting yaitu, musim hujan dan panjangnya rantai distribusi komoditas cabai.


Pendahuluan
Cabai merupakan komoditi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, karena peranannya dalam mencukupi kebutuhan domestik maupun kebutuhan ekspor dan juga industry pangan (Nur Hartuti 1997). Cabai juga digunakan sebagai penyedap masakan dan juga penambah selera makan sehingga makanan yang tidak mengunakan cabai bagi sebagian orang akan terasa hambar (outlook cabai 2015).
Permasalahan
Menurut Tria R.D(2009) “Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan juga meningkatnya kebutuhan cabai dalam industry pangan akan menyebabkan jumlah permintaan cabai akan mengalami kenaikan yang cukup signifikan,hal apabila peningkatan permintaan ini tidak diimbangi dengan jumlah produksi maka dapat menyebabkan tidak terpenuhinya permintaan masyarakat.”
Pembahasan
Berdasarkan data BPS Jawa Tengah yang dikutip oleh Tria R.D, jumlah permintaan cabai merah di Kota Surakarta dan perkembangannya selama 15 tahun  yaitu tahun 1993 sampai dengan tahun tahun 2007. Permintaan cabai merah di kota Surakarta dari tahun ke tahun relative berfluktuatif. Jumlah permintaan rata rata sebesar 609.900 Kg/tahun. Sedangkan rata-rata perkembangan permintaan cabai merah di kota Surakarta per tahun mengalami kenaikan yaitu sebesar 15.674,43 Kg/tahun atau 2,57 % per tahun.
Pada tahun 2005 dan 2006 permintaan cabai merah di kota Surakarta turun drastis sebesar 88,46% dan 48,86%. Hal ini disebabkan karena pasokan cabai merah di sentra produksi menurun sehingga menyebakan harga semakin melonjak naik. Hal ini menyebabkan daya beli masyarkat menjadi turun dan cenderung memilih komoditi lain lain sebagai pengganti cabai merah dengan harga yang lebih murah
Harga cabai yang fluktuatif hampir selalu jadi polemik yang selalu menguras pikiran Kementerian Pertanian (Kementan). Saat ini, harga cabai kembali melambung tinggi di atas harga Rp 60.000/kg. Ketua Umum Asosiasi Agrobisnis Cabai Indonesia (AACI), Dadi Sudiana mengungkapkan, labilnya bahan pokok yang sering menyumbang tingginya angka inflasi ini lantaran persoalan klasik, yakni pasokan yang tak stabil dan rantai pasok yang terlalu panjang.
"Masalah puluhan tahun dan sangat klasik. Ketika harga tinggi petani tak banyak menikmati, ketika banyak panen pada Maret, selalu petani yang menderita karena harga turun drastis," kata Dadi kepada detikFinance, Minggu (23/10/2016).
Menurut Kepala BPS  yang di sunting oleh Sindonews.com,pola distribusi yang panjang menyebabkan harga cabai merah setiap bulannya menyumbang inflasi untuk Indonesia. Tercatat rantai perdagangan terpanjang terjadi pada pulau Jawa Tengah dan terpendek di Sulawesi Utara.‎ Sementara untuk pembeli terbesar ada di Kalimantan Utara dan distribusi terbesar di Yogyakarta.

"Angka ini kami rilis setahun sekali. Paling panjang pola distribusinya adalah perdagangan cabai merah. Dari pedagang pengepul, lanjut ke distributor, dari sana masih ke sub distributor, kemudian ke agen, lalu ke sub agen dan pedagang grosir, kemudian ke pengecer dan supermarket, baru sampai ke industri pengolahan, rumah tangga dan usaha lainnya yang merupakan konsumen akhir. Itulah sebabnya, harga cabai merah tinggi sekali," jelasnya di Gedung BPS, Jakarta, Senin (1/2/2016).
Selain karena rantai distribusi yang panjang,melonjaknya harga cabai juga dipengaruhi oleh faktor alam yaitu musim hujan. Direktur Budidaya dan Pasca Panen Sayuran Kementerian Pertanian (Kementan), Yanuardi mengatakan, penyebab meroketnya harga cabai terjadi lantaran intensitas curah hujan meningkat, sehingga berimbas pada merosotnya pasokan cabai dari petani.

"Lebih karena pengaruh cuaca. Sekarang ada La Nina, jadi lebih sering hujan. Kalau hujan banyak cabai membusuk, panen jadi telat. Selain itu pas hujan kan petani enggak ke sawah. Jadi karena faktor cuaca," terang Yanuardi.

"Karena hujan banyak bunga tanaman cabai rontok, selain itu juga intensitas serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) pasti naik," tambahnya.

Menurut Yanuardi, sifat tanaman cabai yang tak bertahan lama membuat komoditas tersebut jadi salah satu yang sulit dikendalikan.

"Kalau basah, sehari saja bisa sudah membusuk. Sementara kebutuhan setiap hari ada terus, tapi pasokannya bisa berkurang karena ada faktor cuaca, akhirnya harganya naik tinggi," ujar dia.

Diungkapkannya, faktor penjangnya rantai pasok juga berkontribusi pada mahalnya harga cabai ketika sampai di konsumen. Selain menggelar operasi pasar, Kementan pun sudah berupaya memotong rantai pasok dengan menjalin kerjasama lewat skema avalis.

"Kita coba dengan gandeng avalis-avalis. Di mana kita coba fasilitasi avalis agar bisa menjual langsung. Avalis ini pelaku juga yang kerja sama dengan petani, di mana avalis juga berasal dari kelompok-kelompok tani. Operasi pasar juga kita masih terus lakukan," jelas Yanuardi.
Daftar Pustaka
·         Tria R.D. Analisi permintaan cabai merah di Kota Surakarta. Jurnal pertanian. Dalam https://eprints.uns.ac.id/7272/1/70510207200906331.pdf (diunduh 20 maret 2017)
·         Nuryati. L dan Noviati 2015. Outlok Cabai 2015 . Pusat data dan sistem informasi pertanian sekretariat jenderal kementrian pertanian. Jakarta

·         https://finance.detik.com/ekonomi-bisnis/3327450/masalah-klasik-harga-cabai-mahal-ini-solusinya (diunduh 20 maret 2017)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.