.

Selasa, 18 April 2017

Pertumbuhan Ekonomi Di Jawa Tengah

@B16-Lukman


Lokasi daerah Jawa Tengah cukup strategis karena terletak di tengah-tengah pusat kegiatan ekonomi di Pulau Jawa, yaitu antara pusat pengembangan kawasan barat, seperti Jakarta-Bogor-Tangerang serta Bekasi dan kawasan timur, yang meliputi Gresik-Bangkalan-Mojokerta-Surabaya-Sidoardjo-Lamongan (Gerbang-kertasusila); serta rencana pembangunan jalan tol di Yogyakarta-Solo-Semarang (Joglosemar).




Ditambah, adanya jalur pelayaran baik nasional maupun internasional di pelabuhan Tanjung Mas Semarang. Semua itu memungkinkan Jawa Tengah memperluas jaringan pemasaran dan perdagangan antar kota, antar pulau dan perdagangan internasionalSecara administratif, Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 kabupaten, 7 kota, 568 kecamatan, 7.807 desa.

Jawa Tengah memiliki potensi di sektor pertanian, industri, perikanan, dan perkebunan.Hampir seluruh daerah di Jawa Tengah menghasilkan jagung, kecuali Magelang dan Pekalongan. Pengembangan komoditas karet dipusatkan di Kecamatan Wanareja dan Dayeuh Luhur Kabupaten Cilacap. Banyumas, Banjarnegara, dan Kendal .
Kopi dihasilkan oleh perkebunan rakyat di Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Purworejo, Wonosobo, Magelang, Boyolali, Klaten, Wonogiri, Karanganyar, Kudus, Semarang, Temanggung, Tegal, Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, Brebes, Semarang and Salatiga.

Brebes, Cilacap, Tegal, Kebumen, Pemalang Pekalongan, Batang, Jepara, Pati, dan Rembang merupakan sentra perikanan tangkap Jawa Tengah. Kabupaten Demak memiliki daerah pantai dibagian utara Pulau Jawa dengan kehidupan masyarakat sebagian besar bermata pencaharian dibidang perikanan, baik bidang budidaya tambak maupun bidang penangkapan di laut. Pemasaran hasil penangkapan selama ini dalam bentuk ikan segar/basah dan ikan olahan, untuk usaha pengolahan ikan sebagaian besar berskala rumah tangga dengan menggunakan teknologi pengolahan yang bersifat sederhana/tradisional. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu serta kualitas olahan perlu didirikan pabrik pengalengan ikan yang berskala besar dengan teknologi yang modern, sehingga nilai harga jual ikan olahan bisa tinggi, disisi lain dengan adanya pabrik pengalengan ikan diharapkan dapat menyerap semua semua hasil tangkapan nelayan terutama pada musim ikan melimpah dengan harga stabil.

Wonosobo, Karanganyar, Tegal, Batang, Temanggung, Kendal, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Magelang, dan Boyolali merupakan sentra produksi teh.

Sebagian besar daerah di Jawa Tengah menghasilkan kelapa. Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Kudus, Pati, Sragen, Karanganyar, dan Klaten merupakan sentra produksi tebu. Pemalang, Jepara, Batang, and Cilacap merupakan sentra komoditi kakao, baik berasal dari perkebunan rakyat, swasta, maupun negara. Tekstil merupakan investasi yang juga menjanjikan di Jawa Tengah. Cukup banyak ditemukan perusahaan yang bergerak di bidang industri tekstil seperti PT. Sritex, PT. Tyfountex, PT. Apac Inti Corpora, PT. Mutu Gading Tekstil, dsb. Mitra usaha juga mulai Lokasi daerah Jawa Tengah cukup strategis karena terletak di tengah-tengah pusat kegiatan ekonomi di Pulau Jawa, yaitu antara pusat pengembangan kawasan barat, seperti Jakarta-Bogor-Tangerang serta Bekasi dan kawasan timur, yang meliputi Gresik-Bangkalan-Mojokerta-Surabaya-Sidoardjo-Lamongan (Gerbang-kertasusila); serta rencana pembangunan jalan tol di Yogyakarta-Solo-Semarang (Joglosemar). Ditambah, adanya jalur pelayaran baik nasional maupun internasional di pelabuhan Tanjung Mas Semarang. Semua itu memungkinkan Jawa Tengah memperluas jaringan pemasaran dan perdagangan antar kota, antar pulau dan perdagangan internasionalSecara administratif, Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 kabupaten, 7 kota, 568 kecamatan, 7.807 desa.

Jawa Tengah memiliki potensi di sektor pertanian, industri, perikanan, dan perkebunan.Hampir seluruh daerah di Jawa Tengah menghasilkan jagung, kecuali Magelang dan Pekalongan. Pengembangan komoditas karet dipusatkan di Kecamatan Wanareja dan Dayeuh Luhur Kabupaten Cilacap. Banyumas, Banjarnegara, dan Kendal .Kopi dihasilkan oleh perkebunan rakyat di Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Purworejo, Wonosobo, Magelang, Boyolali, Klaten, Wonogiri, Karanganyar, Kudus, Semarang, Temanggung, Tegal, Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, Brebes, Semarang and Salatiga.

Brebes, Cilacap, Tegal, Kebumen, Pemalang Pekalongan, Batang, Jepara, Pati, dan Rembang merupakan sentra perikanan tangkap Jawa Tengah. Kabupaten Demak memiliki daerah pantai dibagian utara Pulau Jawa dengan kehidupan masyarakat sebagian besar bermata pencaharian dibidang perikanan, baik bidang budidaya tambak maupun bidang penangkapan di laut. Pemasaran hasil penangkapan selama ini dalam bentuk ikan segar/basah dan ikan olahan, untuk usaha pengolahan ikan sebagaian besar berskala rumah tangga dengan menggunakan teknologi pengolahan yang bersifat sederhana/tradisional. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu serta kualitas olahan perlu didirikan pabrik pengalengan ikan yang berskala besar dengan teknologi yang modern, sehingga nilai harga jual ikan olahan bisa tinggi, disisi lain dengan adanya pabrik pengalengan ikan diharapkan dapat menyerap semua semua hasil tangkapan nelayan terutama pada musim ikan melimpah dengan harga stabil.

Wonosobo, Karanganyar, Tegal, Batang, Temanggung, Kendal, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Magelang, dan Boyolali merupakan sentra produksi teh.

Sebagian besar daerah di Jawa Tengah menghasilkan kelapa. Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Kudus, Pati, Sragen, Karanganyar, dan Klaten merupakan sentra produksi tebu. Pemalang, Jepara, Batang, and Cilacap merupakan sentra komoditi kakao, baik berasal dari perkebunan rakyat, swasta, maupun negara. Tekstil merupakan investasi yang juga menjanjikan di Jawa Tengah. Cukup banyak ditemukan perusahaan yang bergerak di bidang industri tekstil seperti PT. Sritex, PT. Tyfountex, PT. Apac Inti Corpora, PT. Mutu Gading Tekstil, dsb. Mitra usaha juga mulai melirik komiditi getah pinus, batik, logam, garam, peternakan sapi, kayu, eceng gondok, kain tenun, dan bahan bangunan.Batu kapur, minyak atsiri, dan minyak biji jarak merupakan peluang usah yang muncul di Jawa Tengah.Kabupaten Rembang memiliki bermacam bahan tambang. Batu kapur tersebar mencapai 30% luas daratan dengan keputihan mencapai 93% dan kandungan CaCO3 diatas 90%. Aplikasi penggunaan kapur: GCC, Quicklime, Hydrated lyme and Precipited Calcium Carbonate (PCC). Potensi pasar Quicklime dan Hydrated Lyme nasional sebesar 3,1 juta ton/tahun, kapasitas produksi nasional sebesar 1,3 juta ton, peluang pasar sebesar 1,7 juta ton. Dengan demikian perlu dikembangkan industri yang berbasis bahan galian batu gamping menjadi suatu produk yang mempunyai nilai ekonomis dan nilai tambah yang tinggi.

Proyek pembangunan pabrik gula tumbu, berlokasi di Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang, dengan lingkup kegiatan pengembangan areal tebu, pengadaan sarana produksi, dan pembangunan pabrik gula tumbu. Manfaat yang diharapkan adalah optimalisasi pemanfaatan lahan kering, peningkatan produksi gula, meningkatkan ketersediaan tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan petani. Adapun aspek teknis proyek itu adalah perluasan areal tanaman tebu seluas 5000 Ha dan kapasitas produksi gula tumbu 40000 ton/musim. Produksi minyak atsiri (nilam, cengkeh) Kabupaten Batang hampir seluruhnya dipasarkan ke luar negeri. Minyak ini dihasilkan dengan cara ekstraksi daun nilam dan cengkeh. Produk ini digunakan sebagai bahan baku yang penting dalam industri wangi-wangian (perfumery), kosmetik dll.

Sektor pariwisata juga merupakan salah satu sektor andalan Propinsi Jawa Tengah. Daerah ini memiliki obyek wisata yang beragam, baik wisata alam, budaya, maupun sejarah. Wisata alam terdapat di Tawangmangu, Baturaden, Dieng, Kopeng, Teluk Penyu di Cilacap, Pantai Kartini di Jepara, Pantai Widuri di Pemalang, Gua Petruk, Gua Lawa, Gua Jatijajar, sarang burung walet di Kebumen dan Nusa Kambangan. Wisata budaya di Jateng antara lain adalah Candi Borobudur (termasuk satu di antara 10 keajaiban dunia); Candi Prambanan, Candi Gedong Songo, dan Candi Sukuh. Sementara itu, wisata sejarah meliputi museum Sangiran di Surakarta, museum Mangkunegaran di Surakarta, Keraton Surakarta, makam Sunan Kalijaga di Kadilangu, Demak, makam Sunan Muria, Masjid Demak peninggalan para Wali pada abad ke16 dan museum Kartini.

Sebagai tujuan investasi, provinsi ini juga memiliki berbagai sarana dan prasarana penunjang diantaranya Kawasan Industri Terboyo Semarang, Candi Industrial Estate, Kawasan Industri Tugu Wijayakusuma, LIK Bugangan Baru Semarang, Taman Industri BSB dan kawasan industri Tanjung Emas Export Processing Zone yang terletak di Semarang, Bandara Achmad Yani di Semarang, Bandara Adi Sumarmo di Surakarta, Bandara Dewadaru di Karimunjawa dan Bandara Tunggul Wulung di Cilacap serta memiliki Pelabuhan Batang, Pelabuhan Brebes, Pelabuhan Tanjung Intan, Pelabuhan Pekalongan, Pelabuhan Tegal, Dermaga PT. Sriboga Ratu Raya, Dermaga Khusus PERTAMINA Upms IV,dan Pelabuhan Jepara.

 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2016
EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2016 TUMBUH 5,1 PERSEN
MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015



Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan I-2016 mencapai Rp 264,01 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 206,32 triliun.
Ekonomi Jawa Tengah triwulan I-2016 secara y on y tumbuh 5,1 persen, melambat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh 5,6 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian (19,8%), dengan andil tertinggi disumbang oleh Lapangan Usaha Industri Pengolahan (1,3%). Dari sisi Pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang tumbuh 8,6 persen, adapun andil tertinggi berasal dari pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (2,9 persen).
Ekonomi Jawa Tengah triwulan I-2016 secara q to q tumbuh sebesar 2,1 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan ini disebabkan oleh faktor musiman pada Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang tumbuh 22,4 persen. Sedangkan dari sisi Pengeluaran didorong oleh peningkatan komponen Ekspor yang tumbuh 11,8 persen. Lapangan Usaha dan Komponen tersebut juga memberi andil terbesar pada pertumbuhan q to q dengan andil masing-masing sebesar 2,5 persen dan 3,7 persen.
Struktur ekonomi Jawa Tengah pada triwulan I-2016 didominasi oleh Lapangan Usaha Industri Pengolahan 34,9 persen; Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 15,0 persen serta Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 13,4 persen. Sedangkan dari sisi Pengeluaran masih didominasi oleh Komponen Pengeluaran Rumah Tangga 61,4 persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto 29,8 persen dan Konsumsi Pemerintah 5,1 persen.


 Ekonomi Jawa Tengah triwulan I-2016 dibanding triwulan I-2015 (y-on-y) tumbuh 5,1 persen. Pertumbuhan triwulan ini melambat dibandingkan periode yang sama tahun 2015 dikarenakan adanya kontraksi di lapangan usaha Pertanian sebesar 0,1 persen dan Pengadaan Air 2,6 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Pertambangan dan Penggalian sebesar 19,8 persen sebagai dampak dari telah beroperasinya secara full capacity lapangan migas Cepu. Lapangan usaha yang memiliki pertumbuhan tertinggi berikutnya yaitu Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 10,1 persen, diikuti Jasa Pendidikan sebesar 9,2 persen, selanjutnya Informasi dan Komunikasi sebesar 9,1 persen.
Struktur PDRB Jawa Tengah menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku pada triwulan I-2016 tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Secara berurutan, Industri Pengolahan; Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; Perdagangan Besar-Eceran; Reparasi Mobil-Sepeda Motor; dan Konstruksi masih mendominasi PDRB Jawa Tengah.
sisi Pengeluaran, pertumbuhan ekonomi triwulan I-2016 terhadap triwulan I-2015 terjadi hampir pada seluruh komponen, kecuali Komponen Ekspor dan Impor yang masing-masing mengalami konstraksi pertumbuhan minus 2,0 persen dan minus 4,4 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai Komponen Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 8,6 persen; diikuti Komponen PMTB 5,4 persen; dan Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) sebesar 4,8 persen.
Struktur PDRB Jawa Tengah menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku triwulan I-2016 tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Aktivitas permintaan akhir masih didominasi oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang mencakup lebih dari separuh PDRB Jawa Tengah. Komponen lainnya yang memiliki peranan besar terhadap PDRB secara berturut-turut adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto dan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, sedangkan Pengeluaran Konsumsi LNPRT, Perubahan Inventori dan Ekspor Neto kontribusinya relatif kecil.

 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2015
EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2015 TUMBUH 5,4 PERSEN
MENCAPAI PERTUMBUHAN TERTINGGI SELAMA LIMA TAHUN TERAKHIR


Perekonomian Jawa Tengah tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 1.014.074,2 miliar.
Ekonomi Jawa Tengah tahun 2015 tumbuh 5,4 persen meningkat dibanding tahun 2014 (5,3 persen). Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Jasa Perusahaan (9,7 persen). Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (5,2 persen).
Ekonomi Jawa Tengah triwulan IV-2015 tumbuh sebesar 6,1 persen dibandingkan triwulan IV-2014 (y-on-y), meningkat bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,6 persen.
Ekonomi Jawa Tengah triwulan IV-2015 mengalami kontraksi 2,6 persen bila dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q). Dari sisi produksi, hal ini disebabkan oleh efek musiman pada lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang tumbuh minus 29,7 persen. Dari sisi pengeluaran disebabkan adanya kontraksi pertumbuhan pada Komponen Konsumsi Rumah Tangga dan Net Ekspor


 Perekonomian Jawa Tengah tahun 2015 tumbuh sebesar 5,4 persen. Pertumbuhan terjadi pada seluruh lapangan usaha kecuali Pengadaan Listrik dan Gas yang mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) sebesar 3,3 persen. Jasa Perusahaan merupakan lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 9,7 persen, diikuti oleh Informasi dan komunikasi sebesar 9,5 persen dan Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 8,1 persen.
Struktur perekonomian Jawa Tengah menurut lapangan usaha tahun 2015 didominasi oleh tiga lapangan usaha utama yaitu: Industri Pengolahan (35,3 persen); Pertanian, Kehutanan dan Perikanan (15,5 persen) dan Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor (13,3 persen).

BPS.Pertumbuhan perekonomian Jawa Tengah Tahun 2015.BPS. https://jateng.bps.go.id/website/brs_ind/brsInd-20160205112208.pdf
BPS.Pertumbuhan perekonomian Jawa Tengah Tahun 2016.BPS. https://jateng.bps.go.id/website/brs_ind/brsInd-20160504133455.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.