.

Rabu, 14 Juni 2017

Teori Inflasi

OLEH :AGUNG PRASETYO 41616010002




 
Teori Teori Inflasi dan Dampak Inflasi
Pembahasan Mengenai Teori Teori Inflasi dan Dampak Inflasi
Hai Pembaca, Kali ini Informasi Ahli akan membahas mengenai teori teori inflasi dan Dampak Inflasi.

Teori Teori Inflasi yang menjelaskan mengenai inflasi, sebagai berikut :
1. Teori Kuantitas
Teori ini merupakan pandangan dari teori klasik. Menurut teori ini sebab naiknya harga barang secara umum yang cenderung akan mengarah pada inflasi ada tiga : sirkulasi uang atau kecepatan perpindahan uang dari satu tangan ke tangan yang lain begitu cepat (masyarakat terlalu komsumtif), terlalu banyak uang yang dicetak dan diedarkan ke masyarakat, dan turunnya jumlah produksi secara nasional.

Teori Kuantitas adalah teori yang membahas mengenai inflasi, tetapi dalam perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan oleh para ahli ekonomi Universitas Chicago, sehingga teori ini juga dikenal sebagai model kaum moneteris. Teori kuantitas ini menekankan pada peranan jumlah uang beredar dan harapan masyarakat mengenai kenaikan harga terhadap timbulnya inflasi.

Inti dari teori kuantitas ini sebagai berikut :
(a) Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar, baik uang kartal maupun uang giral.
(b) Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar dan oleh harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga di masa mendatang.

2. Teori Keynes
Teori ini yang menyatakan bahwa inflasi terjadi disebabkan masyarakat hidup di luar batas kemampuan ekonominua. Inflasi terjadi karena pengeluaran agregat terlalu besar. Oleh karena itu, solusi yang harus diambil adalah dengan jalan mengurangi jumlah pengeluaran agregat itu sendiri (mengurangi pengeluaran pemerintah atau dengan meningkatkan pajak dan kebijakan uang ketat.

Dasar pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya, sehingga menyebabkan permintaan efektif masyarakat terhadap barang-barang (permintaan agregat) melebihi jumlah barang-barang yang tersedia (penawaran agregat), akibatnya akan terjadi inflationary gap. Keterbatan jumlah persediaan barang (penawaran agregat) ini terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas produksi tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan permintaan agregat. Karenanya teori ini dipakai untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek.

3. Teori Inflasi Moneterisme
Teori ini berpendapat bahwa inflasi timbul disebabkan oleh kebijaksanaan moneter dan fiskal yang ekspansif, sehingga jumlah uang beredar di masyarakat sangat berlebihan. Kelebihan uang beredar di masyarakat akan menyebabkan terjadinya kelebihan permintaan barang dan jasa di sektor riil. Menurut golongan moneteris, inflasi dapat diturunkan dengan cara menahan dan menghilangkan kelebihan permintaan melalui kebijakan moneter dan fiskal yang bersifat kontraktif, atau melalui kontrol terhadap peningkatan upah serta penghapusan terhadap subsidi atas nilai tukar valuta asing.

4. Teori Ekspektasi
Menurut Dornbush, pelaku ekonomi membentuk ekspektasi laju inflasi berdasarkan ekspektasi adaptif dan ekspektasi rasional. Ekspektasi rasional adalah ramalan optimal mengenai masa depan dengan menggunakan semua informasi yang ada. Pengertian rasional adalah suatu tidakan yang logis untuk mencapai tujuan berdasarkan informasi yang ada.

5. Teori Strukturalis
Teori ini menyoroti penyebab inflasi yang berasal dari kekauan struktur ekonomi, khususnya kekuatan suplay bahan makanan dan barang-barang ekspor. Karena sebab-sebab struktural pertambahan barang-barang produksi ini terlalu lambar dibanding dengan pertumbuhan ekonominya, sehingga menaikkan harga bahan makanan dan kelangkaan devisa. Akibat selanjtnya adalah kenaikan harga-harga barang lain, sehingga terjadi inflasi yang relatif berkepanjangan bila pembangunan sektor penghasil bahan pangan dan industri barang ekspor tidak dibenahi atau ditambah.

Banyak study mengenai inflasi di negara-negara berkembang, menunjukkan bahwa inflasi semata-mata merupakan fenomena moneter, tetapi juga merupakan fenomena struktural. Hal ini disebabkan oleh struktur ekonomi negara-negara berkembang pada umumnya yang masih bercorak agraris, sehingga goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri, Contohnya : gagal panen (akibat faktor eksternal pergantian musim yang terlalu cepat, bencana alam dan sebagainya), atau hal-hal yang memiliki kaitan dengan hubungan luar negeri, Cotohnya : memburuknya term of trade; utang luar negeri, dan kurs valuta asing, dapat menimbulkan fluktuasi harga di pasar domestik.
| Dampak Inflasi |
Dampak Inflasi secara umum yaitu :
1. Dampak inflasi dari sudut ekonomi, inflasi mengakibatkan terjadinya redistribusi pendapatan dan distorsi harga, distorsi penggunaan uang, serta distorsi pajak.
2. Dampak Inflasi dari sudut Sosial, akibat lanjut dari redistribusi pendapatan adalah kecemburuan sosial yang semakin tinggi dan bahkan dapat memicu kerusuhan atau krisis sosial (penjarahan dan perampasan).

Dampak Inflasi Secara khusus yaitu inflasi dapat menghambat atau mengganggu proses pertumbuhan di sektor riil. Hal ini dikarenakan dengan terjadinya inflasi maka tingkat pembelian masyarakat (permintaan agregat) akan mengalami penurunan dan selanjutnya penurunan ini akan menyebabkan pihak produsen harus mengurangi tingkat produksi yang berujung mkepada pemutusan hubungan kerja dan bertambahnya pengangguran.

Selain itu, di saat terjadi inflasi maka suku bungan yang ditetapkan otoritas moneter juga meningkat. Oleh karena itu, sektor riil pada saat suku bunga tinggi mengalami kesulitan dana baik untuk meningkatkan produksi atau mengembangkan usahanya karena semakin tingginya dalam biaya modal.

Sekian dari informasi ahli mengenai teori teori inflasi dan dampak inflasi, semoga tulisan informasi ahli mengenai teori teori inflasi dan dampak inflasi dapat bermanfaat.
Sumber :

– Adrian Sutedi, 2012. Hukum Keuangan Negara. Penerbit Sinar Grafika : Jakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.